BANDUNG, KOMPAS.com - Indonesia kini tengah mengalami krisis kenegarawanan total. Ironisnya, sejauh ini tidak ada kekuatan yang mampu mengatasi krisis total kenegarawanan pada eksekutif,legislatif, yudikatif, dan oligarki partai-partai politik itu.
Kekuatan yang ada sekarang adalah pers, media massa elektronik dan cetak. Pertanyaannya, apakah dimungkinkan terjadi perubahan (perbaikan) yang reformatorik, konstitusional dan demokratik dalam situasi saling tidak percaya.
Hal itu dilontarkan politisi senior yang juga budayawan Sunda Tjetje Hidayat Padmadinata (77) pada penganugerahan gelar doktor honoris causa di Universitas Pasundan (Unpas ) Bandung, Sabtu (1/12/2012).
Semua itu disebabkan reformasi yang berjalan tanpa konsepsi sejak 1998 telah dibajak oleh peselancar-peselancar politik. Mereka merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara karena beraroma korupsi kolusi dan nepotisme (KKN).
Atas nama reformasi mereka bertindak seperti kuda leupas ti gedogan (kuda liar yang lepas dari kandang) mengakhiri segala hal yang berbau Orde Baru. Padahal para politisi yang umumnya dari partai politik itu tidak siap memimpin republik ini.
Menurut mantan anggota DPR/MPR ini perubahan kepemimpinan dari militer ke politisi partai hanya berubah dari kekuasaan golongan ke kekayaan oligarki partai.
Partai Indonesia-Partai Nusantara
Pada pidato ilmiah berjudul "Rekam Jejak Enam Puluh Tujuh Tahun Republik Indonesia", Tjetje berpendapat, kehidupan berbangsa dan bernegara RI 17 Agustus 1945, dasar Negara Pancasila dan bangun dasar Negara tidak diubah-ubah lagi.
Manajemen pemerintahan nasional-lokal, sistem otonomi daerah (bukan Negara federal) sudah tepat, tinggal perbaikan dalam pelaksanaannya. Kualitas kenegarawanan angkatan 1928 belum tertandingi yakni jujur (bersih), cerdas, mengabdi, berkorban demi Indonesia.
Demi persatuan nasional Indonesia (Nusantara) yang benar dan adil, sistem panggung tunggal Jakarta harus diubah menjadi sistem multi-panggung ibu kota provinsi-provinsi. Ia menambahkan, perlu digelar musyawarah nasional kepartaian sehingga terbentuk dua partai yakni Partai Indonesia dan Partai Nusantara.
Rektor Unpas Didi Turmudzi menilai, Kang Tjetje, panggilan akrabnya dikenal bukan saja seorang politisi mumpuni tapi juga seorang budayawan termuka serta tokoh Jawa Barat.
Kekuatan yang ada sekarang adalah pers, media massa elektronik dan cetak. Pertanyaannya, apakah dimungkinkan terjadi perubahan perbaikan yang reformatorik, konstitusional dan demokratik dalam situasi saling tidak percaya
Anda sedang membaca artikel tentang
Krisis Kenegarawanan Total Melanda Indonesia
Dengan url
http://recognizethedanger.blogspot.com/2012/12/krisis-kenegarawanan-total-melanda.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Krisis Kenegarawanan Total Melanda Indonesia
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Krisis Kenegarawanan Total Melanda Indonesia
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar