Inilah Investor di Balik Modernisasi Terminal Baranangsiang Bogor

Written By bopuluh on Senin, 30 September 2013 | 03.33

BOGOR, KOMPAS.com - Nama kelompok usaha satu ini memang belum sebeken Agung Podomoro Land, Ciputra Group atau Sinarmas Land. Namun, portofolio yang mereka miliki bernilai triliunan rupiah. Sebut saja Pusat Grosir Cililitan (PGC), di Jakarta Timur, Sentra Grosir Cikarang (SGC) di Bekasi, dan Tangerang City (Tangcity), di Tangerang, Banten.

Pengembang ini tak lain, Grup Trivo. Namanya mencuat tatkala dikaitkan dengan rencana optimalisasi Terminal Baranangsiang, Bogor, menjadi terminal modern terpadu yang mengintegrasikan fungsi terminal dan properti komersial. Melalui PT Pancakarya Grahatama Indonesia (PGI), mereka telah meneken kerjasama dengan Pemerintah Kota Bogor masa kepemimpinan Diani Budiarto. Kerjasama ini berpola bangun-guna-serah (built-operate-transfer) senilai Rp 462,86 miliar.

Rencana konversi wajah Terminal Baranangsiang seluas 21.415 meter persegi tersebut mulai berembus sejak 29 Juni 2012. Rencana ini menjadi kontroversial karena selain mengubah tampilan terminal menjadi lebih modern, juga dianggap mengubah fungsi tata ruang kota.

Namun, CEO Grup Trivo, Ian Wisan, mengaku, sebagai pembangun, pihaknya masih menunggu rancangan final dari proyek tersebut.

"Oleh karena itu, kami belum bisa memberikan informasi rinci mengenai rancangan keseluruhan proyek ini. Kami masih menunggu. Begitu ada perintah untuk membangun, ya kami langsung laksanakan," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (30/9/2013).

Siapa Grup Trivo? Pengembang ini digawangi oleh tiga sekawan yakni Calvin Lukmantara, Robert Yapari dan Ian Wisan. Ketiganya mengawali bisnis di sektor properti dengan menginvestasikan dana di kios-kios Tanah Abang yang kemudian disewakan kembali.

Ketiganya mendirikan Grup Trivo pada tahun 2006, setelah lebih dari 10 tahun malang melintang sebagai investor properti individual.

PGC merupakan proyek perdana mereka hasil dari akuisisi senilai Rp 250 miliar melalui PT Wahana Cipta Sejahtera. PGC mendulang sukses dengan mencatat tingkat hunian 100 persen. Propertini ini berdiri di atas lahan seluas 1,9 hektar dengan luas bangunan mencapai 110.000 meter persegi, terdiri atas 10 lantai yang merangkum 6 lantai pertokoan (3.127 unit kios dan konter) dan 4 lantai parkir.

Sementara SGC menempati area seluas 1,4 hektar dengan dimensi bangunan 60.000 meter persegi (5 lantai) yang di dalamnya terdapat 1.684 kios dan konter.

Lain lagi dengan Tangcity, portofolio ini boleh dibilang merupakan signature project mereka. Selain skalanya terbesar, dengan lahan seluas 10 hektar, estimasi nilai proyek juga tak kalah akbar yakni  Rp 5 triliun.

Tangcity merupakan integrated development dan akan dibangun dalam empat tahap. Tahap pertama berupa ruko sebanyak 198 unit. Tahap kedua, merupakan shopping mall di atas lahan seluas 6,5 hektar dengan luas bangunan 150.000 meter persegi (8 lantai). Di dalamnya terdapat 1.850 unit ruang usaha dan juga area parkir yang dapat menampung 1.800 mobil dan 5.000 motor.

Tahap ketiga adalah pengembangan hotel bintang empat (18 lantai) dengan operator Grup Accor (Novotel). Menyusul kemudian adalah apartemen The Suites at Tangcity Residences, apartemen Sudirman One, kondotel, apartemen servis, perkantoran, hotel bintang 3, Park Plaza dan diakhiri dengan perluasan Tangcity Mall.


Anda sedang membaca artikel tentang

Inilah Investor di Balik Modernisasi Terminal Baranangsiang Bogor

Dengan url

https://recognizethedanger.blogspot.com/2013/09/inilah-investor-di-balik-modernisasi.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Inilah Investor di Balik Modernisasi Terminal Baranangsiang Bogor

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Inilah Investor di Balik Modernisasi Terminal Baranangsiang Bogor

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger