JAKARTA, KOMPAS.com - Memilih rumah, bukan perkara mudah. Bergantung pula pada motivasi, untuk investasi atau ditinggali. Namun, dari sekian banyak variabel, yang menjadi pertimbangan utama adalah lokasi.
Pertumbuhan ini akan terus berlanjut jika berbagai fasilitas pelengkap seperti pusat belanja dibuka untuk publik.
-- Johannes Mardjuki
Bagi Anda yang tidak sensitif terhadap harga, segeralah beranjak ke variabel lokasi. Ini sangat menentukan nasib rumah di masa yang akan datang. Ada dua lokasi yang dijadikan "senjata" (sales point) pengembang dalam memasarkan produk perumahannnya. Yakni dekat atau memiliki akses tol dan di tengah kota.
Perumahan dengan akses tol tentu saja memiliki nilai jual yang tinggi. Kawasan di mana perumahan tersebut berada menjadi lebih terbuka karena dilintasi mobilitas warga maupun non penghuni. Sementara perumahan di tengah kota, bisa dipastikan dekat dengan pusat aktifitas sehari-hari. Bahkan bukan tidak mungkin dekat dengan tempat kerja.
Kedua lokasi perumahan ini berpotensi mengalami pertumbuhan baik dari secara ekonomi (investasi) maupun sosial budaya. Harga jualnya pun tak bisa dibilang rendah. Pengembang mematok harga jual setinggi mungkin sesuai dengan fitur utama yang mereka tawarkan tadi serta gimmick pertumbuhan nilai.
Biasanya, rumah dekat atau memiliki akses tol langsung berada di kawasan pinggiran (sub urban area), seperti Summarecon Serpong, Summarecon Bekasi, Alam Sutera, BSD City, Lippo Cikarang, Jababeka City, Grand Wisata, Grand Sentul City, Mutiara Sentul atau Sentul City. Kecuali Grand Sentul City dan Mutiara Sentul yang menyasar segmen menengah ke bawah, yang lainnya seharga mulai dari Rp 1,5 miliar hingga Rp 8 miliar per unit.
Sedangkan perumahan di tengah kota yang kerap ditemui adalah yang berkonsep town house dengan lahan mini. Defisit lahan kosong dan tingginya harga lahan memengaruhi konsep pengembangan di tengah kota. Kendati ukuran areanya mungil, namun harga jual unit-unit rumahnya luar biasa, senilai Rp 5 miliar-Rp 20 miliar. Seperti yang ditawarkan A/L Development atas beberapa produk town house-nya di kawasan Bangka dan Kemang, Jakarta Selatan atau Daksa Residence di jalur perpotongan Senopati dan Gunawarman, Kebayoran Baru. Ukuran rumah terkecil 110 meter persegi dan terluas 149 m2 dengan total jumlah 19 unit.
Jumlah rumah di tengah kota memang jauh lebih terbatas (eksklusif) tak sampai 20 unit dalam sebuah kawasan pengembangan. Sementara di pinggiran, bisa ribuan unit. Ini dimungkinkan karena area pengembangannya berskala kota. Semakin masif pengembangan fisik perumahan ini, akan mendongkrak harga jual dan pertumbuhan nilainya.
Apa yang dialami Summarecon Bekasi mengonfirmasi pertumbuhan nilai sangat erat kaitannya dengan akses langsung. Harga jualnya melonjak dua kali lipat menjadi Rp 8,5 juta per meter persegi dari sebelumnya Rp 4,5 juta/m2 pasca beroperasinya fly over Noer Ali. "Pertumbuhan ini akan terus berlanjut jika berbagai fasilitas pelengkap seperti pusat belanja dibuka untuk publik," ujar Direktur Utama Summarecon Agung, pengembang Summarecon Bekasi, Johannes Mardjuki.
Anda sedang membaca artikel tentang
Pilih Dekat Tol atau di Tengah Kota
Dengan url
http://recognizethedanger.blogspot.com/2013/04/pilih-dekat-tol-atau-di-tengah-kota.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Pilih Dekat Tol atau di Tengah Kota
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Pilih Dekat Tol atau di Tengah Kota
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar