BANDUNG, KOMPAS.com - Chairman Indonesian Heritage yang pernah menjabat sebagai Menteri Pariwisata I Gede Ardika menyatakan, bahwa saat ini penduduk Indonesia tengah berada dalam kebingungan besar. Pasalnya, penduduk Indonesia seolah kehilangan gairah dan kecintaannya pada berbagai kearifan dan identitas lokal. Bentuk hilangnya kecintaan tersebut terbukti pada nama-nama konstruksi, gedung, dan berbagai fasilitas lainnya yang menggunakan nama dan istilah asing.
Pak Ciputra telah membuktikan, bahwa Pondok Indah dan Puri Indah dapat laku dengan nama Indonesia.
-- Teguh Satria
Hal tersebut dia sampaikan pada acara FIABCI Asia Pasific Regional Summit di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (23/3/2013). Menurut I Gede Ardika, sebenarnya arsitek dan pengembang memiliki posisi strategis untuk mendidik masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan memilih nama-nama khas Indonesia sebagai nama gedung.
"Karena, ketika orang-orang Indonesia menginginkan konstruksi yang menyerupai konstruksi asing, beserta nama dan karakteristiknya, maka Indonesia akan kehilangan kaunikannya. Dengan hilangnya keunikan tersebut, hilang pula daya tarik Indonesia sebagai tujuan wisata," ujarya.
Usulan tersebut mendapatkan sambutan baik dari Ketua Umum Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Setyo Maharso dan Presiden FIABCI Asia Pasific Teguh Satria. Menurut Teguh, fenomena penggunaan nama dan karakteristik asing tersebut terjadi di hampir seluruh daerah di Indonesia.
Mantan Ketua Umum DPP REI 2007-2010 itu mengungkapkan, penggunaan nama-nama Indonesia tersebut penting. Sebagai contoh, nama-nama khas Bandung untuk gedung di daerah Bandung, nama-nama khas Bali untuk di daerah Bali.
Ia juga mengutarakan, REI sangat mendukung hal tersebut. Pada periode 1992 sampai 1995, REI pernah menegaskan regulasi mengenai penggunaan nama Indonesia. Penggunaan nama Indonesia terbukti tidak mengurangi nilai ekonomi.
"Pak Ciputra telah membuktikan, bahwa Pondok Indah dan Puri Indah dapat laku dengan nama Indonesia," ujar Teguh.
Menanggapi hal itu, Ketua DPP REI Setyo Maharso berkomentar, bahwa tidak ada masalah soal mengganti nama dengan nama Indonesia. Pengembang memang harus mendidik klien.
"Kalau hanya menghimbau belum tentu berjalan. Kita mulai dengan anggota REI supaya nantinya kearifan lokal bisa menjadi daya tarik," kata Setyo.
Anda sedang membaca artikel tentang
Krisis Identitas Penamaan Gedung di Indonesia
Dengan url
http://recognizethedanger.blogspot.com/2013/03/krisis-identitas-penamaan-gedung-di.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Krisis Identitas Penamaan Gedung di Indonesia
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Krisis Identitas Penamaan Gedung di Indonesia
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar