Perdagangan Bebas AS-UE Harus Diantisipasi
Penulis : Eny Prihtiyani | Jumat, 15 Februari 2013 | 17:19 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Deklarasi perdagangan bebas yang disuarakan Amerika Serikat dan Uni Eropa, perlu diantisipasi. Langkah itu akan semakin menekan perekonomian negara berkembang, sehingga perlu penguatan regional.
Indonesia berharap liberalisasi kedua kawasan tidak bersifat destruktif bagi ekonomi negara berkembang.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, mengemukakan itu saat berkunjung ke Redaksi Kompas, Jumat (15/2/2013). "Kedua kawasan memperdagangkan produk dari rantai bawah sampai rantai atas. Kalau semua tarif mereka turunkan secara drastis, maka imbasnya bisa dirasakan negara-negara berkembang," katanya.
Negara-negara maju memperdagangkan produk pertanian sampai produk berteknologi tinggi. Hal itu berbeda dengan negara berkembang, yang masih banyak berkutat pada perdangan produk pertanian dan barang mentah.
"Kalau produk mereka dilempar dengan harga murah, maka negara berkembang tidak akan sanggup berkompetisi, khususnya produk pertanian. Negara-negara maju berani seperti itu, karena subsidi pertaniannya sangat tinggi," katanya.
Gita menjelaskan, subsidi pertanian di Amerika Serikat mencapai 100 miliar dollar AS per tahun, sementara di Uni Eropa mencapai 80 miliar dollar AS. Kondisi itu jauh berbeda dengan negara-negara berkembang yang minim subsidi.
Untuk mengantisipasi liberalisasi perdagangan AS-UE, Indonesia perlu memperkuat regionalisme di kawasan ASEAN. Menurut Gita, ASEAN memiliki potensi yang cukup besar untuk menekan imbas liberalisasi perdagangan kedua kawasan.
Anda sedang membaca artikel tentang
Perdagangan Bebas AS-UE Harus Diantisipasi
Dengan url
http://recognizethedanger.blogspot.com/2013/02/perdagangan-bebas-as-ue-harus.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Perdagangan Bebas AS-UE Harus Diantisipasi
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Perdagangan Bebas AS-UE Harus Diantisipasi
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar